LOVETA
31 Januari
2013 , 18:00
“Huh?”
Rasya membangkitkan tubuhnya yang baru semenit tadi dihempaskannya dikasur
ber-cover buah stroberi yang berbahan empuk itu. “Huh? Ha?” Loveta mengangkat
alis kirinya lebih tinggi dari alis kanannya. Dia menatap wajah teman dekatnya
itu dengan ragu. Raut muka Rasya berubah seketika saat pertanyaan itu
dilantunkan dari mulut Loveta. Rasya menatap gadis yang duduk disebelahnya itu
lamat-lamat. Ia menghela nafas panjang , dan kekesalan yang tidak tertahan
terlihat dari kedua mata hitamnya yang bening. Loveta hanya terdiam tak
mengerti. Apa maksud Rasya menatapnya
seperti itu? Pikirnya.
“Jaaadiii..?”
Loveta menyadarkan sahabatnya yang berambut lebih panjang darinya itu. Nafasnya
tertahan, menunggu tanggapannya.
Rasya
memalingkan mukanya, kemudian melirik Loveta dengan tajam. “Jadi?”
katanya dengan suara sedikit menekan. Jari-jari Loveta memainkan benang bajunya
yang mulai mencuat keluar, ia tidak berani menatap cewe muda yang telah lama
menjadi tempatnya untuk berbagi cerita, dan mencurahkan berbagai rasa, emosi
dan canda tawa.
“Oke..”
Rasya mengangkat badannya, ia berjalan mundar-mandir didepan Loveta yang
tampaknya benar-benar tidak sabar menunggu jawaban dan tanggapan tentang curhat-an yang dilontarkan panjang
lebar olehnya dua menit lalu. “Oke , begini. “ Rasya melanjutkan kata-katanya. “Kamu
mau aku jujur, Ta?”
“
Iyalah. Masa bohongan ..” sambil mengangguk kencang, matanya masih melihat ke
lantai kamarnya yang dilapisi oleh kramik putih bercorak biru langit.
“ Jujur
ya, Ta. Aku engga tahu harus bilang apa lagi. Kamu itu sebenernya udah kayak
engga punya harga diri sama sekali didepan dia. Gini, kamu yang salah, kamu
yang ninggalin dia, kamu minta dia balik, dia nolak, kamu galau, kamu nangis,
kamu masih ngarep-ngarep ga jelas kayak gini. Itu tuh, denger kan? “ Seketika
Rasya telah berada tepat didepan wajah Loveta yang memerah. Ia mencondongkan
badannya sedikit kedepan, menunggu tanggapan gadis berambut ikal itu.
“Iya ,
tapikan..” Loveta mencoba membela diri. Tetapi, belum sempat ia menyelesaikan
kata-katanya , Rasya memotongnya dengan cepat, sambil duduk bersilang diatas
lantai dan mencoba mencari cara agar dirinya dapat menatap jelas wajah Loveta
yang terkesan cukup manis.
“Tapi
apa? Kamu selalu saja menganggap semuanya gampang. Segampang itukah kamu minta
balik setelah apa yang kamu lakuin sama dia? Segampang itukah? Dan aku tahu,
kamu udah minta maaf, tapi layaknya papan tuh, kalau udah dipaku nah , terus
kamu cabut lagi pakunya, tetep aja disitu ada lubangnya. Rasa sakit itu ga bisa
sembuh hanya seuntai kata ‘Maaf’ ,Ta. Gabisa. Mungkin dia udah maafin kamu,
tapi hatinya? Udah terluka, Ta. Udah sakit. “
“Ras,
tapi aku itu..” Ia mengangkat tubuhnya, berjalan kearah balkon kamarnya yang
tidak begitu luas. Namun, Rasya tetap tidak membiarkannya untuk berkata lebih
panjang dari itu. Rasya bangkit berdiri, mengikuti langkah gadis 16 tahun
yang postur tubuhnya lebih tinggi
darinya, sambil berkata.
“Iya,
iya aku tahu. Aku tahu kalau kamu udah menyesal melakukannya. Tapi, penyesalan
itu memang udah hukumnya ,Ta. Penyesalan ga selamanya negatif kok. Kamu bisa
ambil kesimpulan ,kan ? Kamu bisa belajar dari ini semua, penyesalan kamu itu
udah ngebuktiin kalau kamu masih punya hati, masih ada pengakuan dari kesalahan
kamu sendiri. “
Kini
tubuh mereka berdiri sejajar. Kepala Loveta mengarah ke langit. Cahaya terang
hampir saja pudar berganti hitam kelam. Angin berhembus kecil, namun terasa
dingin dan menusuk . Bulu-bulu kaki dan tangannya dapat merasakan betapa
dinginnya suasana malam itu. Ia menggigit bibir bawahnya yang merah muda alami.
“ Jadi
percuma aku menunjukkan rasa itu lewat social
network?” tanya Loveta dengan nada ragu. Kedua tangannya saling bertautan.
“ Aku
ga tau , Ta , apa yang dipikiran kamu. Kamu itu, kamu itu bener-bener bodoh
banget ,Ta. Apa kamu ga punya harga diri sama sekali? Kamu mohon-mohon ke dia
lewat status-status bodoh kamu itu? I
want you back, i miss you, why this is happening?, could we learn to love
again?. Kalimat itu tuh yang sering aku liat di status-status kamu. Kamu
udah kayak orang bego, tahu ga? Kamu kira itu bisa balikin semuanya? Kamu kira
dengan nulis itu sampai beribu –ribu kali dia bakal cinta lagi sama kamu? Dia
bakal sayang lagi sama kamu? Dia bakal balik lagi , terus bilang ‘Loveta, aku mau kita kayak dulu’. Gitu?
Ga akan ,Ta. Dia ga akan pernah ngelakuin hal-hal yang kamu bayangin. Khayalan
kamu itu terlalu tinggi, Ta! Kamu harus benar-benar nerima kenyataan. Kita itu
hidup didunia bukan dunia khayalan yang semuanya bisa kamu karang sesuka hati!
Kamu harusnya mikir dong, Ta! Betapa sakitnya dia gara-gara kamu sakitin! Kamu
harus tahu itu! Lagian kayak ga ada cowo lain aja? Percuma kamu nulis-nulis
status gituan, percuma kamu nangis-nangis sambil nelpon aku tiap pulang sekolah
. Nangis lima ember pun dia ga akan respek kamu lagi, Ta. Ini saatnya kamu buka
mata kamu! Buka juga pikiran kamu. Kamu itu udah kayak ga punya harga diri
dimata dia. Kamu itu bener-bener ga mikir apa? Semua usaha kamu itu sia-sia.
Sia-sia, Ta! Jadi buat apa lagi harus stuck
di dia terus? Kamu ga pernah mau berusaha buat lupain dia. Semua kamu kaitkan
sama dia. Semua kamu ulang-ulang dipikiran kamu. Sadar, Ta! Sadar!!” Tangannya
memegang bahu Loveta yang matanya kini mulai berkaca-kaca. Ia tidak berniat
untuk membuatnya menangis, cuma dia harus tahu ini semua. Supaya dia sadar.
Dari dulu , Rasya menahan kata-kata ini dihatinya, dan sekarang , waktunya
benar-benar tepat untuk mengungkapkan semua tanggapannya tentang masalah
sahabat karibnya ini.
Loveta
hanya terdiam, ia menjauhkan bahunya , tak ingin disentuh oleh Rasya. Ia menahan
air matanya untuk mengalir, tapi usahanya tidak berhasil. Kini hatinya
benar-benar sakit untuk menerima kata-kata teman dekatnya dari kelas lima SD
itu. Dia benar-benar diliputi emosi. Tega-teganya
dia melontarkan kata-kata itu didepan aku. Memangnya apa salahnya kalau aku masih berharap? Loveta mengerutkan
dahinya. Sekujur tubuhnya kini benar-benar gemetar. Sesekali dia menggunakan
punggung tangannya untuk mengapus tetesan air mata yang mulai meluncur dengan
deras. Apa aku benar-benar sebodoh itu? Apa
dia kira ngelupain itu gampang ? Apa dia kira aku benar-benar sebusuk itu? Matanya
kini benar-benar nanar. Ia tak sanggup memendung rasa sakit hatinya.
“Ga
semua yang kamu katakan benar” Loveta memberanikan diri menatap mata Rasya
tajam. Benar-benar tajam. Emosinya kini tergambar dari kedua matanya yang masih
terus mengalirkan air bening yang membasahi seluruh bagian kedua pipinya.
Rasya
juga tidak dapat membendung kekesalannya , ia membalas tatapan Loveta dengan
lebih tajam. “ Kamu keras kepala ya, Ta! Sadarlah , Ta, pengharapan kamu kedia
itu ga ada gunanya. Pengharapan kamu itu udah benar-benar ga masuk akal. Mana
ada orang yang udah disakiti sesakit itu mau balik lagi kekamu! Inget kata-kata
kasar, perilaku kasar yang kamu buat kedia! Inget janji-janji kamu yang kamu
sendiri udah ingkarin! Inget , Ta! Lupain dia sekarang! Lupain dia! Dia ga akan
kembali sama kamu !!.. Dan ...”
“HENTIKAN!
“ tangan Loveta berayun cukup kencang
mengarah ke pipi kiri Rasya , namun ia tersadar. Tepat sedikit lagi, telapak
tangannya mendarat di pipi Rasya. Wajah Rasya pucat, ia menelan ludahnya dan ia
menahan nafas cukup panjang. Ia tidak menyangka sahabatnya yang ia kenal baik
bisa hampir melakukan hal ini kepadanya. Matanya tidak dapat berkedip. Seketika,
ia merasa menyesal dengan kata-katanya yang terdengar kasar. Ia menghela nafas
panjang. Loveta memalingkan pandangannya kelangit yang kini sudah kelam. Hanya
sedikit cahaya yang membuat suasana menjadi remang-remang.
“
Loveta..” Rasya memanggil namanya dengan setengah berbisik. Ia mencoba memegang
pundaknya, namun dia sekali lagi menghindarkan pundaknya jauh-jauh.
“
Mending kamu pulang... Sekarang..” ucap
Loveta dengan volume suara yang sedikit ia turunkan. Ia tidak memandang Rasya
sama sekali. Namun, ia masih merasakan keberadaannya.
“
Tunggu apa lagi? Pulanglah.. “ Loveta mempertegas perintahnya. Ia menekan
setiap kata yang dia ucapkan tadi, tanpa sedikitpun mengalihkan kepalanya untuk
melihat kepergian Rasya.
Maafkan aku... hati mereka berdua
berbisik kecil.
***
31 Januari 2013 , 13:00
“Jadi
gimana , Ta? Hehehe, kita mulai nih ngecengin cowok?” Rasya menatap genit
kearah Loveta yang mematung disampingnya. Matanya yang sayu memperhatikan
sekelilingnya. “ Disini?” tanya Loveta dengan nada yang masih tidak menyangka.
“
Engga, di toilet! Yaiyalah di bioskop. Dimana lagi coba? Cuma disini aja yang
banyak kumpulan cowo-cowonya!” Rasya menertawakan keluguan teman
seperjuangannya itu. Namun, wajah Loveta hanya datar, tanpa ekspresi.
“ Jadi
, sekarang ngapain?” tanya Loveta disela-sela tawa Rasya. Dia sebenarnya tidak
berniat untuk pergi ke tempat ramai . Dia lebih memilih menyendiri untuk
sementara, Cuma Rasya membujuk-bujuknya selama satu jam di teras rumahnya tadi,
sehingga ia tidak tega jika harus menolaknya.
“Ehm,
gini aja. Nah, liat tuh, ada cowo tuh berdiri di samping pintu studio nomor
lima. Samperin sono. “ Rasya menunjuk ke arah seorang cowo yang sedang asyik
dengan BlackBerry-nya. Kulitnya sawo matang , rambutnya hitam gelap dan itu mirip .... Angga... Rasya berdiri
kaku, ia tidak berani melangkah ke arah cowo itu. Ia malah melangkah mundur.
“Loh,
kok malah mundur , sih?” tanya Rasya dengan raut wajah bingung. “Coba perhatiin
deh, Ta. Dia keren banget kan dengan kemeja hitam itu, liat tuh cara berdirinya
aja cool gitu. Wajahnya juga enak
dipandang tahu! Buruan dong ,Ta! Ajak kenalan “ Loveta menolak tangan Rasya
yang tadinya ingin menarik tangannya untuk mendekat dengan cowo itu.
“ Engga,
dia mirip... Engga, aku engga mau . Yang lain aja..” Rasya menghembuskan
nafasnya panjang. Kemudian dia mengagkat bahunya , “Ya sudah.. Akukan mau bantu
kamu , Ta..” ucap Raysa setengah kecewa. Akan tetapi, hal itu tidak mematahkan
semangatnya dalam membantu Loveta untuk mendapatkan seseorang yang mungkin bisa
menghibur dan menghilangkan rasa bimbang dalam diri Loveta.
“ Oke,
aku tahu! Gimana kalau yang itu! Yang cowo yang duduk dikursi samping
studio tiga? “ mataku mencari-cari cowo
yang dimaksud sesuai dengan clue yang
diberikan oleh Rasya. Cowo dengan kaus oblong warna ijo polos, dengan jeans
hitam sebagai bawahannya. Bukan jenis skinny
jeans yang ia pakai. Kulitnya putih , seperti kulit-kulit orang oriental.
Lambutnya hitam, ditata berdiri.
“ Angga
lebih baik dari dia.. “ Loveta menghela nafas panjang. “Aku engga merasa nyaman
disini. Aku mau pulang..” wajahnya berubah semakin muram. Ia melangkah keluar
bioskop dengan langkah cepat.
“ Ta..
Ta , tunggu!!” Rasya hanya melongo tak
percaya, kemudian dia sadar, ia segera mengejar Loveta yang sudah sampai di
pintu keluar bioskop. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti.. Ia kaget bukan
main, matanya mengamati kejadian itu dengan cermat..
Brug! Tubuh Loveta menabrak keras seseorang yang
berjalan dengan arah yang berbalik dengannya. Ia mengangkat kepalanya yang tadi
menunduk untuk menyembunyikan raut wajah sedihnya. Angga! Tiba-tiba sekujur
tubuhnya pucat, ia merasakan detak jantungnya yang benar-benar meloncat-loncat
tak karuan. “ Sorry “ ucap Angga dengan tatapannya tepat di mata
Loveta yang memerah. Loveta hanya diam mematung, lidahnya membeku, bibirnya
bisu. Tidak dapat ia lontarkan kata-kata apapun. Ia lebih kaget lagi ketika ia menyadari,
seorang gadis cantik dengan dress selutut bermotif bunga berdiri tepat
disamping Angga. Tangan mereka berkaitan cukup erat. Berkaitan? Gadis itu?... Seluruh emosi dalam
dirinya meluap. Ia memberikan tatapan tajam pada gadis itu. Seluruh perasaannya
kini campur aduk. Semua menjadi benar-benar menyesakkan. Sekujur tubuhnya
rasanya ingin jatuh saja. Ia tidak kuat melihat kejadian ini. Jelas,tepat
didepan matanya! Dia balik dengan
mantannya? Dan aku? Loveta tidak
bisa menahan lagi perasaannya saat itu. Ia berlari meninggalkan pasangan itu.
Langkahnya sunggu cepat. Ia tidak mau menghentikannya sama sekali.
Sial, Sial, Sial..! Rasya menepuk jidatnya
cukup keras. Ia tidak tahu kejadiannya akan jadi lebih parah seperti ini. Tanpa
pikir panjang, Rasya berlari kencang menyusul Loveta. Ia tahu, Loveta pasti
sedang sangat terluka dengan kejadian tadi. Ia tidak peduli dengan beribu
pasang mata yang menatapnya bingung. Ada
yang salah jika aku berlari didalam Mall? Gerutunya dalam hati.
***
31 Januari 2013, 15:00
Rasya
menyuguhkan segelas air putih yang baru saja dia ambil dari dispenser di dapur rumah Loveta. Rasya membisu, ia tidak bisa berkata apa-apa.
Ia menatap prihatin ke arah Loveta yang dulu dia kenal sebagai anak yang
periang. Kini, semua tawa, candaan dan humor yang dia lontarkan dari mulutnya
telah sirna. Semua kebiasaan lucu, kebiasaan yang harusnya mereka lakukan hari
ini , sepertinya tidak akan dilanjutkan lagi. Dulu, Rasya tidak pernah
sedikitpun menangkap gadis ini sedang menangis , akan tetapi, sekarang gadis
ini menangis tersedu-sedu. Rasya dapat mendengar jelas nafasnya yanng
tersenggal-senggal. Sudah satu jam lebih dia menangis.
Loveta
mengambil air putih itu, ia duduk dengan tegak diatas kasurnya yang sudah tidak
berbentuk lagi, semuanya berantakkan. Ia meneguk sedikit demi sedikit air
didalamnya , kemudian menghela nafas lega. Ia meletakkan kembali gelas itu.
Menatap kosong kelangit-langit rumahnya. Rasya kemudian menghempaskan tubuhnya
disamping Loveta yang duduk dalam kediamannya.
“ Apa
salah aku masih suka dengannya? Apa salah kalau misalnya aku masih melakukan
sesuatu yang bisa menarik kembali perhatiannya kepadaku? Apakah aku ini
benar-benar ga pantes buat dia. Aku udah berusaha buat dia bisa notice keberadaan aku dieskitarnya. Aku
engga tahu mau bilang apa. Aku kangen sama dia... Menurut kamu gimana?” Loveta
mengalihkan pandangannya kepada Rasya .
***
31
Januari 2013, 21:00
“ Halo
, Tiara? “ suara berat yang sangat dikenalnya menyapanya dengan lembut.
“ Iya,
kenapa nih, Ga?” Tiara mencoba menyembunyikan suaranya yang begitu senang bukan
main. Ia mewanti-wanti telepon dari Angga sejak mereka berpisah sepulang dari
nonton si Bioskop tadi siang.
“Tugas kamu
udah selesai. Kamu ga perlu pura-pura lagi pacaran sama aku. Semua udah
selesai. Makasih ya ,Ti “ Hati Tiara
sesak seketika. Ia tahu ini hanya ‘Pura-Pura’ , tapi dia masih suka dengan Angga, sejak mereka putus, Tiara masih menyimpan hati kepada Angga. Dia hanya terdiam . Kini saatnya dia angkat bicara,
ia tidak mau hatinya tersakiti seperti ini.
“ Tapi,
Ga.. Apa kamu engga punya perasaan apa-apa setelah sehari penuh kita pura-pura
pcaran?” Suara Tiara memelas. Ia
berharap tinggi sekali , ia berharap Angga akan merubah pikirannya . Ia
berharap..
“
Sorry, Ti. Aku kan udah bilang ke kamu dari awal.Eh,, aku ada kerjaan. Aku
tutup ya?” Tiara menggenggam handphonenya erat, ia sedih bukan main mendengar
ini semua.
“ Jadi,
semua sampai sini saja?” Tiara duduk tanpa bergerak sedikitpun di depan meja
riasnya. Ia menatap banyang dirinya . Bibirnya bergetar, ia ingin
menngungkapkan perasaan ini.
“ Kamu
bicara apa toh , Ta? Aduh,, udah dulu ya? Nanti aja bicara di sekolah “ ucap angga dengan nada bingung .
“ Kamu
masih suka sama dia? “ Tiara menekankan pertanyaan terakhirnya . Ia kini siap
untuk tersakiti kembali. Kini , banyangannya dicermin memperlihatkan kedua
pipinya yang teraliri air mata.
“ Aku
engga tahu. Udah dulu ya , Ti. Bye..”
cukup sudah! Tiara tahu, Angga belum melupakan gadis itu.
Loveta..
***
‘Makasih ya tadi, udah ngasih tahu kalian
ada dimana. :)'
Rasya
membaca pesan yang baru saja masuk berulang-ulang kali. Perasaan bersalah kini menyelimuti
hatinya.
Loveta..
***
0 komentar:
Posting Komentar